Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bakal mendorong ekspor durian ke China.
Menurut Luhut, Indonesia memiliki potensi untuk melakukan hal tersebut. Di sisi lain, China merupakan importir durian hingga US$8 miliar atau sekitar Rp129,47 triliun (asumsi kurs Rp16.184 per dolar AS).
“Ini lagi-lagi durian jangan dianggap enteng. Sekarang kita cari tempatnya, kita lihat ada di Sulawesi Tengah juga ada lahan untuk durian,” kata Luhut seperti dikutip dari akun Instagram resminya, @luhut.padjaitan, Minggu (21/4).
Selain itu, Luhut menyebut Provinsi Fakfak, Papua Barat juga memiliki lahan 2.000 hektare yang bisa ditanami durian. Luhut mengatakan potensi impor durian dari Fakfak ke China bisa mencapai Rp1,5 triliun.
“Bisa ekspor durian senilai Rp1,5 triliun itu akan membuat kesejahteraan rakyat di sana,” tutur Luhut.
Pernyataan ini ia sampaikan usai pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI Republik Rakyat China (RRC) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pekan ini.
Luhut juga sebelumnya mengaku menikmati durian bersama Menteri Luar Negeri China Wang Yi di sela-sela pertemuan itu.
Sambil menikmati durian, Luhut mengaku membahas banyak hal bersama Yi. Selain kelanjutan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, ia bersama dengan menlu China juga membahas rencana proyek penanaman padi di kawasan Food Estate Kalimantan Tengah (Kalteng).
Tak hanya itu, keduanya juga membahas terkait pengembangan Taman Sains dan Teknologi Herbal (TSTH) di Toba, Sumatera Utara dan rencana pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung.
“Tak jarang kami membahas hal-hal ringan seperti bagaimana kesamaan akan prinsip saling terbuka, juga keanekaragaman budaya yang Indonesia dan China miliki, mampu mendekatkan hubungan bilateral antara kedua negara sahabat ini,” kata Luhut, Jumat (19/4).
Luhut menyampaikan sebagai bangsa yang memiliki kekayaan budaya di Asia, Indonesia dan China sepakat bahwa hubungan antar negara harus mempunyai semangat yang sama dalam keterbukaan. Baik itu terkait komunikasi dan dialog maupun transfer ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Dengan keterbukaan, maka kita akan mencari persamaan dan mengesampingkan perbedaan, agar tercipta rasa saling mendukung dan bekerja sama, sehingga peradaban yang maju bukan hanya tercipta dan dinikmati oleh Indonesia dan China, tetapi juga untuk seluruh negara di dunia,” jelas Luhut.
(mrh/dmi)